Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi berdasarkan Notoatmodjo (2005) yaitu :
1. Tes Proyektif
Salah satu teknik proyektif yang banyak dikenal yakni Thematic Apperception Test (TAT). Dalam tes ini klien didiberikan gambar dan klien diminta untuk menciptakan kisah dari gambar tersebut.
Dalam teori Mc Leland dijelaskan, bahwa insan mempunyai 3 kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power (n-power), kebutuhan untuk berhubungan (n-aff). Dari isi kisah tersebut kita sanggup menelaah motivasi yang mendasari diri klien berdasarkan konsep kebutuhan tersebut.
2. Kuesioner
Caranya yakni dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang diberisi pertanyaan-pertanyaan yang sanggup memancing motivasi klien.
Contohnya yakni EPPS (Edward's Personal Preference Schedule). Kuesioner ini terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing nomer terdiri dari 2 pertanyaan. Klien diminta untuk menentukan salah satu dari kedua pertanyaan tersebut yang ludang keringh mencerminkan dirinya. Dari pengisian kuesioner tersebut maka akan diketahui motivasi dari klien.
3. Observasi
Cara lain untuk mengukur motivasi yakni dengan menciptakan situasi sehingga klien sanggup memunculkan sikap yang mencerminkan motivasinya.
Contohnya, untuk mengukur impian untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien memakai umpan balik yang didiberikan, mengambil keputusan yang diberisiko dan mementingkan kualitas daripada kuantitas kerja.
Advertisement